Memasuki pertengahan tahun yang gue lewatin bukanlah perkara mudah untuk menjadi seorang guru. ternyata bukan hanya skill yang perlu diasah melainkan soft skill kita juga ikut dituntut lebih baik lagi. Sebab melatih soft skill itu yang utama. Maka dari itu setiap seminggu sekali kantor gue selalu mengadakan training center how to handle students in school, How to handle special kids, sampai How to develop Character Building, dll. Sejujurnya gue lebih kesulitan untuk merubah karakter yang ada pada diri gue sendiri. Gue yang memliki sikap cuek, ketika mengajar harus bisa lebih peka dan peduli sama sekitar gue, Gue bukan orang yang suka dengan banyak peraturan, ketika mengajar harus membuat sebuah peraturan. Gue harus bisa menyimpan karakter si HS sehari- hari, ketika mengajar harus menjadi sosok DEWI yang tegas, bijaksana, peduli, dan lebih sabar. Itu 180 derajat jauh dari jati diri asli gue. Bukan hanya sifat yang harus dirubah secara drastis melainkan sikap / perilaku disana benar- benar kita harus bisa jaim dari apapun. Naif dari dunia tapi untuk kebaikan sebab Guru adalah panutan. GURU yaitu diGugu: segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenarannya oleh semua murid. ditiRU: Seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya. setuju? Setiap apapun yang kita lakukan dihadapan murid pasti anak itu dengan cerdasnya bertanya Miss itu apa? Miss sedang apa? Miss itu bagaimana? dan ketika kita berikan jawabannya mereka akan menyerap jawaban kita lalu mereka tirukan dikemudian hari. Jadi apa yang kita sampaikan sedemikian harus benar- benar yang memamng pantas mereka percaya dan tiru. Yah begitulah. Dan dari itu semua gue merasa disana gue benar- benar belajar tentang arti hidup ini dimana peran hidup lo benar- benar dibutuhkan untuk mengasihi orang lain. Dimana lo merasa sangat dibutuhkan untuk kehidupan dan masa depan seseorang. Gue merasa sangat bersyukur bisa diberi kesempatan untuk bisa merubah jati diri gue yang urakan, emosian, keras kepala, harus menjadi orang yang lebih wise dalam hal apapun disana. Pengalaman yang tak pernah gue lupakan disana ada banyak banget pastinya. dan kini gue harus berbagi sedikit cerita untuk kalian.

7. Mengajar Special Need Kids

Bukan hanya bisa mampu menguasai bahasa asing dari anak - anak expatriate tetapi gue harus bisa belajar cara memahami Special Needs Kids atau biasa disana disebut sebagai Special Kids karena bagi kami mereka bukanlah ancaman melainkan Asset yang berharga yang memiliki perlakuan special. Dalam memahami anak berkebutuhan khusus buat gue jauh lebih bersyukur dengan apa yang gue miliki sekarangan. Dan tidak mudah untuk bisa memahami mereka sebab kita perlu mengetahui seperti apa laak belakang yang mereka alami dan bagaimana menangani mereka.  Namun dari kekurangan yang mereka punya mereka justru membuktikan melalui prestasi yang mereka miliki. Luar biasa. 

8. Dijadiin Teman Curhat dan Kakak mereka

Ketika kita sudah benar- benar mendapatkan chemistry dari mereka. Seperti yang sudah gue bahas di story sebelumnya di Asemele jadi guru? Hah Part 1 kita sering kali dibutuhkan bukan hanya didalam kelas tepapi diluar kelas. Tak sedikit dari mereka justru mulai terbuka berbicara tentang kehidupan di sekolahnya, di rumahnnya, atau bahkan kehidupan asmaranya heheh *inibagimurid13+. Yah beruntungnya mereka tak hanya menganggap gue sebagian beban dari hidup mereka dimana mereka harus bertemu guru untuk belajar lagi..... lagi dan lagi. Tapi bagi mereka gue bagaikan sahabat dan kakak oleh mereka. 

9. Kepercayaan penuh dari orang tua

Bukan hanya berteman baik dengan anak murid tapi semua itu juga berkat kepercayaan penuh dan dukungan orang tua mereka yang mereka percayakana kepada gue dan team disana. Karena tanpa mereka gue tidak bisa mengajar dan belajar dari mereka juga. Thanks Mom and Dad. Kercayaan itu terjalin karena dedikasi penuh kita terhadap anak- anak mereka. Oleh sebab itu mereka mengakui keberadaan kita dan memberikan kercayaan penuh kepada kita untuk menjadikan anaknya sesuai harapan. Ini awalnya menjadi hal tersullit namun seiring pendewasaan yang gue alamin disana guepun semakin bersemnagat bahwa diri gue sangat dibutuhkan disana untuk anak mereka jadi gue gak boleh gampang sakit ataupun nyerah gitu aja demi anak mereka.

10. Dedication Get Appreciation

Ketika lo benar- benar berjuang untuk mendikasikan hidup lo untuk hal yang bermanfaat maka lo akan dapat apresiasi yang setimpal nantinya. Jika lo bekerja keras hasil pun mengikuti begitulah intinya. Suatu kebangaan ketika lo bukan hanya dihadiahi sebuket bunga ataupun coklat ketika hari guru melainkan lo mendapatkan perubahan nilai yang meningkat dan prestasi lainnya yang didapatkan oleh murid lo ini. Mohon maaf sebelumnya bukan maksud gue untuk membanggakan diri. Tetapi gue sendiri tidak pernah ber- ekspekasi dengan apa yang gue lakukan ini  membuahkan hasil untuk murid gue atau bahkan sekolahnya. Gue hanya bersyukur dengan apa yang gue jalanin disana berarti bukan hanya murid gue yang mengalami pendewasaan tetapi itupun dirasain oleh gue sendiri. Jadi gue benar- benar belajar arti dedikasi itu yang sebenarnya. Bukan juga mengharapkan suatu apresiasi, tetapi jika kita sepenuhnya mendedikasikan itu apresiasi tersebut akan datang sendirinya kepada kita itulah yang disebut pencapaian. 

Jadi kesimpulan dari poin - poin yang gue ceritakan adalah sebagian kecil suka duka yang gue alamin disana yang menjadikan sebuah pengalamn yang takkan gue lupakan nantinya. Sebab belajar tak Harus dibuku. Dan pengamalan adalah guru terbesar kita. Cerita ini berdasarkan pengalaman yang gue alamin disana. HS rasa sudah cukup kini waktunya gue harus mandi senang berbagi dengan kalian. 

Sekali lagi Hs mau mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional 2016 untuk seluruh guru- guru hebat diluar sana. Terima kasih guruku.... 

Happy reading!!